Sang Miliuner Menjadi Gelandangan (Lukas 12:16-21; 1 Timotius 6:6-10)

Iman Kristen - "Semua yang kita miliki adalah fana dan kita juga perlu membuat manajemen keuangan yang baik. Mengapa kita perlu mengelola keuangan dengan baik? Simak renungan berjudul Sang Miliuner Menjadi Gelandangan ini, dan jika Anda merasa diberkati melalui renungan ini, bagikanlah ke Sosial Media (Facebook, Twitter, Google+, dll.) Anda."
Kemudian Ia mengatakan kepada mereka suatu perumpamaan, kata-Nya: “Ada seorang kaya, tanahnya berlimpah-limpah hasilnya. Ia bertanya dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat, sebab aku tidak mempunyai tempat di mana aku dapat menyimpan hasil tanahku.Lalu katanya: Inilah yang akan aku perbuat; aku akan merombak lumbung-lumbungku dan aku akan mendirikan yang lebih besar dan aku akan menyimpan di dalamnya segala gandum dan barang-barangku. Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah! Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti? Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah.”
(Luk. 12:16-21)
Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar. Sebab kita tidak membawa sesuatu apa ke dalam dunia dan kita pun tidak dapat membawa apa-apa ke luar. Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah. Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan.
(1 Tim. 6:6-10)
Kemiskinan dapat terjadi disebabkan banyak faktor, salah satunya adalah tidak bisa mengelola keuangan dengan bijak atau hidup berfoya-foya. Siapa pun dia dan seberapa banyak pun kekayaaannya, tetap akan habis bila tidak bisa mengelola apalagi hidup berfoya-foya. Hal ini terjadi terhadap Marriane Friedman Foote, dulunya seorang miliuner. (Baca juga: Alzheimer)
Friedman adalah pewaris sebuah perusahaan tekstil terbesar di Manhattan, yaitu Insidor Kaplan. Keluarganya memiliki apartemen seluas 4000 Hektar dengan konsep art deco, yang nilainya lebih dari 131 Miliar. Di masa mudanya ia tidak mau bekerja meski ia lulusan keperawatan dari Boston University, sebab hidupnya bergelimang harta.
Setelah kakeknya meninggal dunia, hal buruk mulai terjadi. Ibunya menjadi depresi dan menjual warisan kakeknya yang bernilai jutaan dolar. Friedman pun menikah dengan seorang anggota FBI. Dari pernikahannya, mereka dikaruniai seorang putri bernama Giselle, tetapi pernikahannya berantakan dan suaminya pindah ke Florida membawa Giselle darinya.
Sejak itu, ia belum pernah bertemu putrinya yang berusia tiga tahun. Karena kehilangan Giselle, ia menjadi depresi dan pecandu heroin. Setelah ibunya meninggal, Friedman menjual apartemen senilai 131 miliar itu dengan harga 40 miliar saja. Dari hasil penjualan itu, ia berikan setengahnya kepada adiknya. (Baca juga: Kepulangan yang Tidak Diharapkan)
Suatu hari Friedman bertemu dengan Frank seorang pekerja konstruksi bangunan dan keduanya pun menikah pada tahun 2000. Pasangan ini membeli rumah mewah di Amityville, Long Island. Tetapi sewaktu Amerika mengalami resesi mereka pun harus kehilangan rumah itu karena hidup berfoya-foya, "Kami menghambur-hamburkan uang ibuku seperti orang gila," ujarnya.
Sahabatnya Donna Eltinger yang mempertemukannya dengan Frank berbaik hati mengajak mereka tinggal di apartemennya. Sedihnya, Donna terkena penyakit kanker paru-paru, Friedman dan Frank pun merawatnya sampai ia meninggal dunia.
Setelah Dona meninggal, mereka pun di usir dari apartemen itu. Kini, sang miliuner itu telah kehilangan segalanya dan di usia 63 tahun, ia dan suaminya malah menjadi gelandangan. Mereka tidak memiliki tempat tinggal lagi dan setiap malam mereka tidur di taman Central Park.
Roda kehidupan terus berputar, tak pernah berhenti. Terkadang ada di bawah, terkadang ada di atas. Kita pun dituntut untuk jeli dalam berbisnis dan mengelola keuangan. Jika kita bisa mengelola keuangan dengan bijak, menabung, berinvestasi, dan selalu berhikmat dalam menggunakan uang, maka kita bisa melewati masa-masa krisis ekonomi.
Kisah Friedman tentu mengingatkan kita betapa pentingnya mengatur keuangan dengan bijak agar di masa tua, kita tidak akan senasib dengannya.
Selain itu, kita juga harus berinvestasi secara rohani, yakni mau memberi, berbuat baik, melayani Dia, dsbnya, sebab itu yang dikehendaki Tuhan dan kita akan menerima upah sesuai dengan janji Tuhan. Jadilah pelaku Firman Tuhan. (Baca juga: Mengampuni Obat Kebencian)
DOA
Bapa sorgawi, ajarlah aku agar mampu mengelola keuangan dengan bijak dan selalu berinvestasi sesuatu yang bernilai kekekalan. Dalam nama Tuhan Yesus aku berdoa. Amin.
