SURAT TITUS: PENTINGNYA MENGETAHUI TEOLOGI PAULUS DALAM SURAT TITUS
PENDAHULUAN
Iman Kristen - "Adakah Teologi Paulus dalam Surat Titus? Memang penulis Surat ini adalah Paulus, namun benarkah hanya teologi praktis saja yang dibahas Rasul Paulus? Artikel Pentingnya Mengetahui Teologi Paulus dalam Surat Titus ini, menjadi recomended bagi kita agar kita mengetahui adakah Teologi Paulus dalam Surat Titus."
A. Latar Belakang
Surat Titus ditulis oleh Paulus yang merupakan salah seorang rasul yang telah menuliskan beberapa surat yang dikanonkan dalam kitab Perjanjian Baru. Surat Titus adalah salah satu karya atau tulisannya yang juga termasuk dalam pengelompokkan surat-surat Pastoral.Sebutan surat Pastoral yang diberikan kepada Surat ini dan beberapa surat Pastoral lainnya, itu sejak abad ke-2 M. Surat-surat penggembalaan yang ditulis oleh Rasul Paulus adalah 1 Timotius, 2 Timotius, dan Titus.
Beberapa Surat tulisan Rasul Paulus tersebut, disebut surat pastoral "Karena surat-surat ini ditulis dengan perasaan kasih dan kehangatan, maka dianggap kudus dan dihargai di seluruh Gereja untuk mengatur tata Gerejani"[1]. Selanjutnya, Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan menjelaskan, bahwa "Karena membahas masalah yang berkaitan dengan peraturan gereja dan pelayanannya."[2]
Titus adalah seorang Yunani dan merupakan sahabat karib rasul Paulus. Alkitab Edisi Studi menjelaskan, "Titus, sahabat dekat Paulus, bekerja bersama rasul itu di Asia Kecil dan Yunani. Ia berperan penting dalam perkembangan jemaat di Korintus (Lihat 2 Kor. 2:13; 7:5-7, 13-15, 8:6, 16-24, 12:14-18; Gal 2:1-3)."[3]
Selain sahabat, "dia adalah orang yang bertobat dalam pelayanan Paulus dan anak rohaninya (Tit. 1:4)."[4] Kehadiran Titus sangat membantu Paulus terutama dalam pelayanan, di mana Paulus pernah mengutusnya untuk mengunjungi beberapa jemaat. Dua kali ia menjadi utusan Paulus ke jemaat di Korintus.
"Titus adalah utusan Paulus kepada orang Korintus yang sukar, dengan membawa 'surat keras' (2 Kor. 2:3-9). Setelah kepulangan Titus kepada Paulus harus ditangguhkan, mereka akhirnya bertemu di Makedonia di mana Titus membawa berita yang menggembirakan sehingga Paulus merasa baik untuk meminta Titus sekali lagi kembali ke Korintus."[5]
Di sini Titus mendapat kepercayaan dari Paulus karena memang ia adalah seorang yang amat setia dan sama sekali tidak mementingkan dirinya sendiri. Hubungannya yang erat dengan Paulus terlihat dari disebutnya Titus sebanyak tiga belas kali dalam surat-surat Paulus. Ia telah menyertai Paulus dan Barnabas pada waktu mereka pergi ke Yerusalem.
Surat Titus merupakan tulisan Paulus yang mengajarkan tentang sikap seorang pemimpin rohani dalam mengatasi persoalan jemaat, termasuk cara hidup dan menyikapi ajaran sesat.
Namun di dalam Surat Titus juga membahas pandangan Paulus mengenai Eskatologi, Eklesiologi, Kristologi, Soteriologi, dan kehidupan praktis, meski memang tidak banyak di bahas atau hanya sepintas lalu saja disinggung, tidak seperti tulisan Paulus lainnya, di antaranya Roma dan Korintus yang sangat mendalam mengenai pembahasan cabang-cabang ilmu teologi yang disebutkan di atas.
Penulisan ini dilatarbelakangi oleh keinginan penulis untuk mengetahui pandangan atau Teologi Paulus di dalam Surat Titus mengenai Eskatologi, Eklesiologi, dan lain sebagainya.
B. Rumusan Masalah
Tidak terlepas dari wacana latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penulisan makalah ini: Pemikiran atau pandangan Paulus di dalam Surat Titus sering dikaitkan dengan pandangan teologi praktis mengenai penggembalaan dan pelayanan.
Padahal juga merupakan hal yang penting untuk dipelajari atau menelaah pandangan Paulus dalam bidang ilmu Teologi lainnya, seperti eskatologi, soteriologi, dan sebagainya. Persoalan yang muncul adalah sejauh manakah pemikiran Teologi Paulus yang dtuangkannya dalam Surat Titus?
C. Tujuan Penulisan
Dalam penulisan ini, penulis memberikan beberapa tujuan, yaitu:
Pertama, memberikan informasi bahwa pandangan Paulus dalam Surat Titus tidak hanya tertuju kepada sikap efektif dalam penggembalaan dan mengenai Eklesiologi atau praktek gerejawi saja, tetapi ada pemahaman Teologi Paulus seperti Eskatologis yang disampaikannya kepada Titus, meski tidak dijelaskan secara detail oleh Paulus.
Kedua, Agar memahami konsep Paulus dalam Eskatologi, Eklesiologi, Kristologi, Soteriologi, dan Kehidupan Praktis, sekaligus bertujuan untuk memberikan informasi lengkap mengenai konsep Teologi Paulus dalam Surat Titus.
Lihat: Tetap Konsisten dalam Iman
D. Ruang Lingkup Penulisan
Dalam Penulisan ini, ruang lingkup, yaitu:
Pertama, pembahasan tulisan ini mengenai Teologi Paulus dalam Surat Titus didasarkan pada tulisan Paulus dalam surat Pastoral, khususnya Surat Titus.
Kedua: Pembahasan makalah ini merupakan suatu studi eksposisi dan hermeneutika khususnya dalam Surat Titus.
Ketiga, Yang dimaksud pada judul tulisan ini "Pentingnya Memahami Teologi Paulus dalam Surat Titus" yakni mengenai Eskatologi, Eklesiologi, Kristologi, Kehidupan Praktis, dan Soteriologi.
LATAR BELAKANG SURAT TITUS
Seebelum jauh memahami Teologi Paulus dalam Surat Titus, terlebih dahulu hendaknya memahami latar belakang dari Surat Titus. Dengan demikian, pembaca dapat memiliki gambaran yang jelas dan utuh mengenai Surat ini berdasarkan konteks dan teks.
Ada beberapa bagian yang dijelaskan dalam pembahasan ini, yakni mengenai tempat dan waktu penulisan, tema dan tujuan penulisan, dan Garis Besar dan Survei Surat Titus.
A. Tempat dan Waktu Penulisan
Titus merupakan rekan sekerja Paulus dalam pelayanan di Kreta (Tit. 1:5). Di mana "Paulus dan Titus bekerja bersama-sama dalam waktu singkat di Kreta (barat daya Asia Kecil di Laut Tengah) antara pemenjaraan Paulus yang pertama dengan yang kedua."[6]Selanjutnya Paulus menugaskan Titus untuk tetap berada di Kreta dan melanjutkan pelayanannya di antara orang-orang Kreta (Tit. 1:5), sementara ia sendiri melanjutkan perjalanannya ke Makedonia (bd. 1 Tim. 1:3).
Tidak lama sesudah peristiwa itu, Paulus menulis surat ini kepada Titus, bermaksud untuk menginstruksikan kepada Titus, agar ia menyelesaikan pekerjaan yang telah mereka awali bersama.[7] Kemungkinan ketika Paulus mendengar bahwa Apolos segera akan berangkat ke Kreta, ia memanfaatkan kesempatan ini untuk mengirimkan sepucuk surat pada Titus.[8]
Tempat dan waktu penulisan surat ini sulit untuk ditentukan. Ada pendapat yang mengatakan bahwa surat ini ditulis ketika Paulus mampir atau ada di Nikopolis. Pendapat lain juga mengatakan bahwa surat ini ditulis di Roma, atau Efesus.[9]
Meski tidak ada yang tahu pasti di mana Surat ini ditulis, tetapi surat Paulus ini ditulis kepada Titus sebelum Paulus di penjara untuk kedua kalinya, tidak lama sebelum Rasul Paulus dibunuh. Adapun waktu penulisan Surat ini, jika berpatokan pada persinggahan Paulus di Nikopolis maka diperkirakan bahwa surat ini ditulis antara tahun 60-64 M.[10]
Namun beberapa ahli memperkirakan bahwa surat ini ditulis di Efesus sekitar tahun 100 M. Tidak demikian dengan Thomas Robinson, di mana ia meyakini bahwa surat ini ditulis pada akhir musim semi (bulan Mei-Juni) tahun 57 M.[11] Selain itu, ada juga yang berpendapat bahwa Surat ini ditulis pada tahun 50-60 M.
1. Menata apa yang ditinggalkan Paulus di Kreta, termasuk penetapan penatua (Tit 1:5);
2. Membantu jemaat tumbuh dalam iman, pengetahuan akan kebenaran, dan kesalehan (Tit 1:1);
3. Membungkam guru-guru palsu (Tit 1:11); dan datang kepada Paulus setelah ia diganti oleh Artemas atau Tikhikus (Tit 3:12).
C. Garis Besar dan Survei Surat Titus
1. Garis Besar Surat Titus ialah:[14]
I. Ucapan Salam: Sumber Ajaran yang Sehat (1:1-4)II. Pedoman Ajaran yang Sehat (1:5-16)
a. Pengangkatan Penatua Jemaat (1:5-9)
b. Penyingkapan Guru-Guru Palsu 1:10-16)
III. Pemberitaan Ajaran Sehat (2:1-15)
a. Penerapan (2:1-10)
Pola Pria Lanjut Usia
Pola Wanita Lanjut Usia
Pola Wanita Muda
Pola Pria Muda
Pola Diri Sendiri
Pola Budak
b. Pengertian (2:11-15)
IV. Pesan-Pesan Mengenai Ajaran yang Sehat (3:1-11)
V. Salam Penutup (3:12-15)
2. Survei Surat Titus[15]
Paulus membahas empat pokok utama di dalam surat ini. Pertama, Paulus menginstruksikan Titus mengenai tabiat dan syarat rohani yang diperlukan mereka yang akan dipilih menjadi penatua (penilik jemaat) di dalam gereja. Penatua haruslah orang saleh yang sifatnya terbukti, berhasil menuntun keluarganya sendiri (Tit 1:5-9).Kedua, Paulus menyuruh Titus mengajarkan doktrin yang benar serta membungkam dan menegur para guru palsu (Tit 1:10--2:1). Di dalam surat ini Paulus memberikan dua rangkuman tentang ajaran yang sehat (Tit 2:11-14; Tit 3:4-7).
Ketiga, Paulus menggambarkan untuk Titus (bd. 1Tim 5:1--6:2) peranan yang patut untuk laki-laki yang sudah lanjut usia (Tit 2:1-2), wanita yang sudah tua (Tit 2:3-4), wanita yang masih muda (Tit 2:4-5), para pemuda (Tit 2:6-8), dan para budak (Tit 2:9-10).
Keempat, Paulus menekankan bahwa kebajikan dan kehidupan yang benar adalah buah yang perlu dari iman yang sejati (Tit 1:16; Tit 2:7,14; Tit 3:1,8,14; bd. Yak 2:14-26).
TEOLOGI PAULUS DALAM SURAT TITUS
Pembahasan dalam bab ini, yakni menjelaskan tentang Teologi Paulus secara umum sebagai bentuk pembelajaran yang komprehensif. Masalah yang dihadapi dalam mencari tahu pandangan dari
Teologi Paulus dalam Surat ini ialah sedikitnya pembicaraan Paulus yang dibahas mengenai hal tersebut, sebab Surat ini memuat pelayanan praktis dalam bergereja sebagai pemimpin dan jemaat.
Meski demikian, penulis akan berupaya menjelaskan Teologi Paulus berdasarkan nats yang ditinjau dari sudut pandang Teologi Paulus. Bab ini membahas Teologi Paulus mengenai Eskatologi, Eklesiologi, Kristologi, kehidupan praktis, dan Soteriologi.
Berdasarkan pengertian Eskatologi tersebut, maka tentu dalam bagian ini akan dibahas mengenai pandangan Paulus akan akhir zaman. Namun, dalam upaya menjelaskan Eskatologi, penulis menemukan bahwa Paulus tidak menyinggung banyak hal tentang Eskatologi secara detail dan jelas.
Nats 1:1-3, ini tidak sepenuhnya menjelaskan tentang Eskatologi. Titus 1:1 ini berisi tentang pendahuluan atau pembuka Surat, yakni sang penulis atau pengirim Surat ini jelas adalah Paulus, di mana disebutkan "Dari Paulus, Hamba Allah dan rasul Yesus Kristus..."
Tujuan dari Surat ini disampaikan dalam ayat satu ini ialah sebagaimana dikatakan Paulus, yakni untuk memelihara iman orang percaya dan memberikan pengetahuan akan kebenaran. Di ayat pertama ini merupakan pendahuluan tetapi kalimat berikut Paulus yang tertulis dalam ayat dua menyinggung mengenai Eskatologi yang hanya sebatas sebutan, "pengharapan hidup yang kekal".
Kaitannya ayat satu dan dua ini, bahwa tujuan surat ini sebagai wujud untuk memelihara iman dan pengetahuan jemaat sesuai dengan pengharapan akan hidup yang kekal.
"Pengharapan akan hidup yang kekal" ini bisa disebut terkait dengan Eskatologi. Memang pemahaman Paulus mengenai Eskatologi di sini tidak menjelaskan koronologis, ciri-ciri, maupun konsep menyeluruh mengenai akhir zaman, tetapi perkataan hidup kekal menunjuk kepada wujud dari akhir zaman atau Eskatologi itu adalah hidup kekal.
Hidup yang kekal bukan hanya semata-mata menunjuk kepada tempat di sorga namun mengacu kepada pemahaman yang lebih luas yaitu suatu keadaan yang tidak akan pernah binasa.[17]
Maksud dan tujuan Paulus dalam menuliskan Surat Titus ini sebagai upaya untuk membimbing umat Tuhan agar memiliki pengetahuan dan pengharapan akan hidup kekal itu sendiri atau Eskatologi. Menariknya, di sini Paulus menjelaskan hidup kekal itu sebelum permulaan zaman atau sebelum kehidupan di dunia ini ada, sudah dijanjikan Allah.
Pada ayat 3, hidup kekal yang sudah dijanjikan Tuhan itu sebelum permulaan zaman sesuai dengan waktunya Tuhan atau kehendak Tuhan, telah menyatakan firmanNya melalui pemberitaan Injil, yang dipercayakan kepada Paulus.
Nats lain yang disinggung dalam Surat Titus terkait dengan Eskatologi, juga terdapat dalam Titus 2:13 yang menjelaskan bahwa kedatangan-Nya yang kedua kali itu akan kelihatan dan digenapi yaitu Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat umat manusia.
Alkitab Edisi Studi menjelaskan, "Penyataan kemuliaan ... Juruselamat kita Yesus Kristus: dalam surat-suratnya, Paulus sering berbicara tentang hari kedatangan Yesus kembali ke dunia (1 Kor. 15:20-28; Flp. 1:10, 2:16, 3:20-21)."[18]
“Eklesiologi berasal dari bahasa Yunani kuno ἐκκλησίᾱ (ekklesiā), dalam bahasa Latin ecclesia, artinya jemaat atau gereja dan akhiran λογία (logia) yang berarti perkataan, pengetahuan, atau logika. Dalam dunia Yunani - Romawi, ekklesia digunakan untuk merujuk suatu pertemuan sah, atau disebut badan kepengurusan.
Sejak awal pada zaman Pythagoras, kata ini mengandung makna lain yaitu komunitas dengan kepercayaan yang sama. Makna inilah yang dipakai dalam terjemahan bahasa Yunani untuk Alkitab Ibrani (disebut Septuaginta), dan kemudian digunakan pula oleh komunitas Kristen untuk merujuk pertemuan para orang percaya.”[19]
Lebih lanjut, Eklesiologi diartikan sebagai "Persekutuan orang kudus (Rm. 1:7; 1 Kor. 1:2; Ef. 1:1), orang pilihan, terkasih, dan dipanggil."[20]
Dari pengertian Eklesiologi inilah maka dapat ditemukan ada pembahasan tentang gereja dalam Surat Titus. Pembahasan Eklesiologi dalam Surat Titus ini mengenai menetapkan pemimpin gereja, syarat menjadi pemimpin gereja, menghadapi ajaran sesat dan pengajar sesat, dan sikap dalam penggembalaan.
Perlu diketahui bahwa "Beberapa kata baru diketahui muncul dalam surat-surat ini, contohnya kata 'Presbyter', 'bishop (Episkopoi)' dan 'deacon (Diakonoi)', sedangkan dua kata terakhir diketahui hanya pernah muncul sekali di surat Filipi."[21]
Menariknya adalah sebelum Titus dipercayakan oleh Paulus untuk menetapkan penatua-penatua, Paulus pun memberikan kepercayaan terhadap Titus untuk melakukan tanggung jawab tersebut.
Bentuk tanggung jawab yang diberikan Paulus kepada Titus dalam ayat 5 ialah mengatur apa yang masih perlu diatur dan menetapkan penatua-penatua. Dalam kaitan nats ini dengan Eklesiologi adalah adanya tugas seseorang yang dipercayakan untuk menetapkan, menunjuk, atau memilih para pemimpin gereja yang dalam hal ini disebut penatua.
Pengertian penatua adalah adalah sebuah jabatan gerejawi yang ada di sebuah gereja.[22] Kata Penatua sendiri berasal dari bahasa Yunani presbyteros yang berarti seorang yang dituakan, yang berpikir matang, sesepuh.[23]
Peranan seorang pemimpin sangat penting dan berdampak besar dalam perkembangan gereja dan pertumbuhan gereja. Adapun syarat-syaratnya akan dijelaskan di bawah ini.
a. Tidak bercacat (Titus 1:6)
Kata tak bercacat dalam bahasa Yunani ialah anegkletos artinya blameless, irreproachable[24]
artinya tak bercacat. King James Version menerjemahkan dengan kata blameless. Tak bercacat di sini berarti tidak ada kesalahan yang dilakukan sehingga ia layak diangkat menjadi penatua.Meski demikian, penulis akan berupaya menjelaskan Teologi Paulus berdasarkan nats yang ditinjau dari sudut pandang Teologi Paulus. Bab ini membahas Teologi Paulus mengenai Eskatologi, Eklesiologi, Kristologi, kehidupan praktis, dan Soteriologi.
A. Teologi Paulus Mengenai Eskatologi (1:1-3)
Eskatologi berasal dari kata dasar ἔσχατος (eskhatos), akhir, dan λογία – (logia) atau ilmu, pengetahuan yang artinya ilmu atau pengetahuan tentang hal-hal akhir, hal-hal pamungkas, atau yang menyangkut realitas akhirat sebagai akhir kehidupan seperti kematian, kebangkitan, pengadilan terakhir serta kiamat sebagai akhir dunia.[16]Berdasarkan pengertian Eskatologi tersebut, maka tentu dalam bagian ini akan dibahas mengenai pandangan Paulus akan akhir zaman. Namun, dalam upaya menjelaskan Eskatologi, penulis menemukan bahwa Paulus tidak menyinggung banyak hal tentang Eskatologi secara detail dan jelas.
Nats 1:1-3, ini tidak sepenuhnya menjelaskan tentang Eskatologi. Titus 1:1 ini berisi tentang pendahuluan atau pembuka Surat, yakni sang penulis atau pengirim Surat ini jelas adalah Paulus, di mana disebutkan "Dari Paulus, Hamba Allah dan rasul Yesus Kristus..."
Tujuan dari Surat ini disampaikan dalam ayat satu ini ialah sebagaimana dikatakan Paulus, yakni untuk memelihara iman orang percaya dan memberikan pengetahuan akan kebenaran. Di ayat pertama ini merupakan pendahuluan tetapi kalimat berikut Paulus yang tertulis dalam ayat dua menyinggung mengenai Eskatologi yang hanya sebatas sebutan, "pengharapan hidup yang kekal".
Kaitannya ayat satu dan dua ini, bahwa tujuan surat ini sebagai wujud untuk memelihara iman dan pengetahuan jemaat sesuai dengan pengharapan akan hidup yang kekal.
"Pengharapan akan hidup yang kekal" ini bisa disebut terkait dengan Eskatologi. Memang pemahaman Paulus mengenai Eskatologi di sini tidak menjelaskan koronologis, ciri-ciri, maupun konsep menyeluruh mengenai akhir zaman, tetapi perkataan hidup kekal menunjuk kepada wujud dari akhir zaman atau Eskatologi itu adalah hidup kekal.
Hidup yang kekal bukan hanya semata-mata menunjuk kepada tempat di sorga namun mengacu kepada pemahaman yang lebih luas yaitu suatu keadaan yang tidak akan pernah binasa.[17]
Maksud dan tujuan Paulus dalam menuliskan Surat Titus ini sebagai upaya untuk membimbing umat Tuhan agar memiliki pengetahuan dan pengharapan akan hidup kekal itu sendiri atau Eskatologi. Menariknya, di sini Paulus menjelaskan hidup kekal itu sebelum permulaan zaman atau sebelum kehidupan di dunia ini ada, sudah dijanjikan Allah.
Pada ayat 3, hidup kekal yang sudah dijanjikan Tuhan itu sebelum permulaan zaman sesuai dengan waktunya Tuhan atau kehendak Tuhan, telah menyatakan firmanNya melalui pemberitaan Injil, yang dipercayakan kepada Paulus.
Nats lain yang disinggung dalam Surat Titus terkait dengan Eskatologi, juga terdapat dalam Titus 2:13 yang menjelaskan bahwa kedatangan-Nya yang kedua kali itu akan kelihatan dan digenapi yaitu Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat umat manusia.
Alkitab Edisi Studi menjelaskan, "Penyataan kemuliaan ... Juruselamat kita Yesus Kristus: dalam surat-suratnya, Paulus sering berbicara tentang hari kedatangan Yesus kembali ke dunia (1 Kor. 15:20-28; Flp. 1:10, 2:16, 3:20-21)."[18]
B. Teologi Paulus Mengenai Eklesiologi (1:5-10)
Teologi Paulus yang selanjutnya, yang dibahas dalam bagian ini ialah Eklesiologi. Secara etimologis, Eklesiologi adalah:“Eklesiologi berasal dari bahasa Yunani kuno ἐκκλησίᾱ (ekklesiā), dalam bahasa Latin ecclesia, artinya jemaat atau gereja dan akhiran λογία (logia) yang berarti perkataan, pengetahuan, atau logika. Dalam dunia Yunani - Romawi, ekklesia digunakan untuk merujuk suatu pertemuan sah, atau disebut badan kepengurusan.
Sejak awal pada zaman Pythagoras, kata ini mengandung makna lain yaitu komunitas dengan kepercayaan yang sama. Makna inilah yang dipakai dalam terjemahan bahasa Yunani untuk Alkitab Ibrani (disebut Septuaginta), dan kemudian digunakan pula oleh komunitas Kristen untuk merujuk pertemuan para orang percaya.”[19]
Lebih lanjut, Eklesiologi diartikan sebagai "Persekutuan orang kudus (Rm. 1:7; 1 Kor. 1:2; Ef. 1:1), orang pilihan, terkasih, dan dipanggil."[20]
Dari pengertian Eklesiologi inilah maka dapat ditemukan ada pembahasan tentang gereja dalam Surat Titus. Pembahasan Eklesiologi dalam Surat Titus ini mengenai menetapkan pemimpin gereja, syarat menjadi pemimpin gereja, menghadapi ajaran sesat dan pengajar sesat, dan sikap dalam penggembalaan.
Perlu diketahui bahwa "Beberapa kata baru diketahui muncul dalam surat-surat ini, contohnya kata 'Presbyter', 'bishop (Episkopoi)' dan 'deacon (Diakonoi)', sedangkan dua kata terakhir diketahui hanya pernah muncul sekali di surat Filipi."[21]
1. Menetapkan Kepemimpinan dalam Gereja (Titus 1:4-5)
Sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa Surat Paulus ini ditujukan kepada Titus. Hal ini terlihat dalam Titus 1:4, di mana Titus disebut sebagai anak rohani Paulus yang dpercayakan untuk melanjutkan pelayanan Paulus di jemaat setempat tersebut.Menariknya adalah sebelum Titus dipercayakan oleh Paulus untuk menetapkan penatua-penatua, Paulus pun memberikan kepercayaan terhadap Titus untuk melakukan tanggung jawab tersebut.
Bentuk tanggung jawab yang diberikan Paulus kepada Titus dalam ayat 5 ialah mengatur apa yang masih perlu diatur dan menetapkan penatua-penatua. Dalam kaitan nats ini dengan Eklesiologi adalah adanya tugas seseorang yang dipercayakan untuk menetapkan, menunjuk, atau memilih para pemimpin gereja yang dalam hal ini disebut penatua.
Pengertian penatua adalah adalah sebuah jabatan gerejawi yang ada di sebuah gereja.[22] Kata Penatua sendiri berasal dari bahasa Yunani presbyteros yang berarti seorang yang dituakan, yang berpikir matang, sesepuh.[23]
2. Syarat Menjadi Penatua atau Penilik Jemaat (Titus 1:6-9)
Dalam Titus 1:6-9 ini, Paulus memaparkan beberapa syarat penting yang perlu diperhatikan oleh Titus dalam memilih tokoh atau seorang penatua. Tentu hal ini adalah standar khusus yang perlu diterapkan oleh gereja sebagai organisasi rohani untuk melaksanakan visi dan misi yang dari Tuhan.Peranan seorang pemimpin sangat penting dan berdampak besar dalam perkembangan gereja dan pertumbuhan gereja. Adapun syarat-syaratnya akan dijelaskan di bawah ini.
a. Tidak bercacat (Titus 1:6)
Kata tak bercacat dalam bahasa Yunani ialah anegkletos artinya blameless, irreproachable[24]
Titus 1:6 dalam Bahasa Indonesia Sehari-hari diterjemahkan, "Seorang pemimpin jemaat hendaklah seorang yang tanpa cela; ia harus mempunyai hanya seorang istri; anak-anaknya harus sudah percaya kepada Kristus dan bukan sebagai anak berandal dan yang tidak bisa diatur." [25]
Jadi, tak bercacat yang dimaksud oleh Paulus di dalam ayat ini ialah memiliki seorang istri saja dan anak-anaknya adalah anak-anak yang hidupnya takut akan Tuhan, yakni mengasihi Tuhan, moralitas yang baik, dan taat kepada orang tua.
Dengan kata lain, untuk menjadi seorang penatua atau Titus memilih seorang penatua, maka harus berlatar belakang memiliki keluarga yang baik, harmonis, dan takut akan Tuhan.
b. Berintegritas (Titus 1:7)
Syarat selanjutnya yang disampaikan kepada Titus dalam mengangkat seorang penatua tidak hanya tak bercacat. Ada beberapa syarat lagi yang disampaikan oleh Paulus. Namun di sini juga Paulus tidak hanya membahas mengenai penatua, melainkan juga mereka sebagai pengatur rumah Allah seorang penilik jemaat.
Tidak dijelaskan di sini bahwa penatua dan penilik jemaat memiliki kedudukkan yang berbeda atau sama dalam jabatan organisasi gereja. Bisa juga yang di maksud Paulus adalah penatua merupakan penilik jemaat atau memiliki fungsi yang berbeda, namun yang jelas Paulus membuat persyaratan yang sama antara penatua dan penilik jemaat.
Dalam Alkitab Edisi Studi, menjelaskan bahwa "Penilik jemaat: kata episkopos (Yunani) dapat diterjemahkan dengan uskup atau pengawas jemaat. Pada masa itu, penilik jemaat adalah pemimpin tertinggi di suatu jemaat lokal. Pada zaman belakangan, penilik jemaat ditugasi untuk mengepalai beberapa jemaat di suatu wilayah tertentu."[26]
Peranan penilik jemaat tentu memiliki peranan penting bagi pertumbuhan gereja maupun pengenalan umat akan Tuhan berdasarkan ajaran yang benar, yakni yang alkitabiah.
Pertama, Penilik jemaat hendaknya bukan seorang yang angkuh, yang mementingkan dirinya sendiri atau yang kehidupannya hanya berpusat pada dirinya sendiri. Kedua, Seorang penilik jemaat hendaknya jangan seorang yang pemberang. Pekerjaan Tuhan akan terhalang apabila penilik jemaat suka berkelahi; baik dalam Rumah tangganya maupun dengan jemaat atau lingkungan sekitarnya.
Ketiga, Penilik jemaat janganlah seorang pemabuk. Ada banyak nasehat dalam Alkitab yang menuntut supaya seseorang menjauhkan diri dari minum-minuman keras atau menjadi pecandu minuman anggur yang memabukkan. Keempat, Penilik jemaat hendaknya bukan seorang pemarah sebab seorang pemarah tidak dapat menguasai dirinya.
Kelima, Penilik jemaat hendaknya tidak serakah. Sikap serakah membuat seseorang akan selalu hidup dikuasai oleh keinginannya saja, tanpa memperhatikan kehidupan jemaat dan kehendak Tuhan.
c. Memiliki Kasih dan Memiliki Ajaran Sehat (Titus 1:8-9)
Ayat 8 dan 9 ini, masih berkesinambungan dengan ayat sebelumnya yaitu ayat 6. Kedua ayat ini adalah kelanjutan dari persyaratan penatua atau penilik jemaat. Dalam persyaratan yang disampaikan Paulus pada nats ini, penulis membagi penjelasannya dalam dua hal.Pertama, Memiliki kasih. Seorang penilik jemaat haruslah memiliki kasih.
(a). Suka memberi tumpangan. Penilik jemaat seharusnya bersedia memberi tumpangan kepada orang lain yang tentunya bagi mereka yang membutuhkan tumpangan atau menyediakan tempat untuk beristirahat.
(b). Suka akan yang baik. Penilik jemaat seharusnya gemar melakukan hal-hal apa saja yang baik, termasuk keluarga dan orang lain.
(c). bijaksana, adil, saleh, dan dapat menguasai diri.
Kedua, Memiliki ajaran sehat. Para Penatua atau penilik jemaat adalah seorang yang berpegang kepada perkataan yang benar, yang tentunya sesuai dengan ajaran yang sehat.
Dengan demikian ia sanggup menasihati orang lain dengan ajaran yang sehat yakni berdasarkan ajaran para rasuli akan Firman Tuhan. Bahkan sanggup mengajarkan ajaran yang sehat kepada mereka yang menentang ajaran yang benar itu sendiri.
3. Ajaran Sesat dan Pengajar Sesat (1:10-16)
Persoalan yang muncul di dalam jemaat yang ada di Kreta ialah adanya ajaran sesat dan pengajar sesat yang ada di tengah-tengah mereka. Pengajaran yang muncul merupakan suatu ajaran sesat, sebab ajarannya berpegang pada hukum sunat. Paulus menyebut mereka adalah orang yang hidupnya tidak tertib.Dalam Alkitab Edisi Studi dijelaskan, "Tidak tertib ... menyesatkan pikiran: sejumlah orang kristen Yahudi di Kreta mengajarkan bahwa setiap laki-laki harus disunat. Itulah yang disebut omongan yang sia-sia dalam ayat ini."[27]
Omongan mereka yang sia-sia itu merupakan sesuatu yang menyesatkan pikiran. Pesan Paulus orang-orang semacam itu harus dibungkam mulutnya sebab mereka ternyata mengacau banyak keluarga dengan ajaran yang sia-sia tersebut, yakni mereka mengajarkan yang tidak-tidak untuk mendapat untung yang memalukan.
Bahkan, ada seorang dari kalangan mereka sendiri yang disebut Paulus nabi mereka sendiri pernah berkata "dasar orang Kreta pembohong, binatang buas, pelahap yang malas".
Kata "Dasar orang Kreta ... pelahap yang malas: dikutip dari pernyataan Epimenides yakni filsuf Yunani yang dulunya tinggal di Kreta sekitar tahun 600SM."[28] Di sini Paulus sependapat dengan apa yang dikatakannya.
Karena itu, ia menghimbau Titus untuk menegor mereka dengan tegas supaya jemaat Kreta menjadi sehat dalam iman dan mereka pun tidak lagi mengindahkan dongeng-dongeng Yahudi serta hukum-hukum manusia yang berpaling dari kebenaran.
Sebagaimana dijelaskan dalam Alkitab Edisi Studi, bahwa: "Dongeng-dongeng Yahudi dan hukum-hukum manusia: pada masa itu, beredar banyak tulisan tentang tokoh-tokoh yang ada di silsilah-silsilah dalam kitab Kejadian. Cerita-cerita yang amat dibesar-besarkan itu dianggap sebagai kebenaran dalam berbagai tulisan Yahudi dan tulisan kelompok-kelompok keagamaan yang disebut kelompok Gnostk."[29]
Paulus mengategorikan mereka mengaku mengenal Allah, tetapi sebenarnya mereka yang mengikuti ajaran sesat tersebut adalah mereka menyangkal Dia. Sikap mereka disebut Paulus keji dan durhaka dan tidak sanggup berbuat sesuatu yang baik.
4. Sikap dalam Penggembalaan (2:11-15)
Dalam Eklesiologi tentu ada kaitannya dengan penggembalaan sebab gereja yang benar tentu karena adanya penggembalaan yang benar pula. Titus 2:11-15 adalah terkait dengan Eklesiologi yakni mengajarkan ajaran yang benar kepada jemaat dalam lingkup penggembalaan.Di sini Paulus memberikan instruksi kepada Titus untuk memberitakan apa yang sesuai dengan ajaran sehat terhadap laki-laki tua, wanita tua, perempuan-perempuan muda, orang-orang muda, hamba-hamba untuk melakukan yang seharusnya seperti himbauan Paulus dalam pasal 2:1-10.
C. Kristologi (2:11-15)
Kata Kristologi berasal dari bahasa Yunani kristos (Kristus) dan logos (kata/ilmu), singkatnya ilmu pengetahuan atau doktrin mengenai pribadi Kristus.[30] Kristologi dalam Surat Titus ini terdapat dalam ayat 13-15 namun penulis akan menjelaskan dari ayat 11-15 dikarenakan ada keterkaitannya dengan pribadi Kristus yang disampaikan Paulus kepada Titus.Pada ayat 11, disini menyinggung tentang Soteriologi atau keselamatan secara singkat, yakni "Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan manusia sudah nyata". Kasih karunia yang dimaksud tentu adalah keselamatan yang dikerjakan Kristus melalui pengorbanan salib. Dikatakan Paulus keselamatan itu sudah nyata oleh kasih karunia Allah.
Kasih karunia Allah itu sendiri yang menyelamatkan umat manusia ialah yang mendidik orang percaya agar meninggalkan kefasikan dan keinginan dunia supaya hidup bijaksana, adil, dan setia beribadah sembari menantikan penggenapan pengharapan yang penuh bahagia dan penyataan kemuliaan Allah yang Maha Besar dan Juruselamat, yaitu Yesus Kristus Tuhan.
Kristologi dalam bagian ini di mana Paulus menjelaskan bahwa Kristus telah menyerahkan dirinya bagi umat manusia, untuk membebaskan setiap orang dari segala kejahatan dan untuk menguduskan umat sebagai kepunyaan Tuhan sendiri yang rajin berbuat baik, untuk kemuliaan-Nya.
Penjelasan Kristologi di sini adalah mengenai perbuatan Kristus dalam konteks keselamatan umat manusia dan peranan Kristus terhadap umat pilihan-Nya, yakni melepaskan dari belenggu dosa, diselamatkan, dan menerima hidup kekal.
Pada ayat 15, dalam kaitannya dengan Kristologi, yaitu perbuatan Kristus dalam misi keselamatan, Paulus mengatakan kepada Titus bahwa ia harus memberitakan Kristologi-Soteriologi bagi jemaat Kreta serta menasehati mereka dan meyakinkan mereka dengan segala kewibawaannya sebagai hamba atau pengajar Kristen.
Pesan Paulus adalah janganlah ada yang menganggap engkau rendah dalam arti pengajarannya dan keteladannya harus sesuai dengan kebenaran firman Tuhan.
D. Kehidupan Praktis (3:1-2, 9)
Dalam Titus 3:1-3, di sini sebenarnya terkait dengan Eklesiologi, yakni peran jemaat sebagai gereja Tuhan. namun juga berkaitan dengan kehidupan praktis atau praktek hidup kekeristenan dalam kehidupan sehari-hari. Maka, penulis mengategorikan bagian ini sebagai kehidupan praktis yaitu mempraktekkan iman jemaat dalam kehidupan sehari-hari sebagai bukti ketaatan kepada Tuhan.
1. Tunduk pada Pemerintah
Paulus mengatakan kepada Titus untuk mengingatkan jemaat di Kreta supaya mereka tunduk kepada pemerintah dan orang-orang yang berkuasa, serta taat dan siap melakukan pekerjaan yang baik.
Kata tunduk pada pemerintah dan orang-orang yang berkuasa dalam Alkitab Edisi Studi menjelaskan, "Keprihatin Paulus di sini adalah jika jemaat terang-terangan tidak tunduk dan melawan pemerintah, pemerintah dapat saja akan melarang mereka beribadat atau bahkan membunuh mereka. Kalau ini terjadi, orang Kristen tidak lagi menyebarkan Injil diseluruh wilayah kekaisaran Roma."[31]
Pandangan tersebut mungkin ada benarnya, tetapi menjadi pertanyaannya, benarkah Paulus memiliki ketakutan yang demikian? Tentu hal ini tidak berdasar. Tetapi, ada maksud lain dari Paulus mengapa ia mengatakan harus tunduk kepada pemerintah.
Hal ini tentu berkaitan dengan Roma 13:1-7, di mana Paulus menyebut bahwa pemerintah adalah hamba Allah atau wakil Allah untuk kebaikan setiap orang dan untuk membalaskan murka Allah atas mereka yang berbuat jahat.
Herman Ridderbos mengatakan, "Jemaat harus tunduk kepada pemerintah bukan hanya karena murka Allah akan turun jika mereka tidak tunduk – yaitu tunduk karena takut – tetapi juga ‘karena suara hati kita. Hal terakhir ini mengimplikasikan bahwa sikap tunduk kepada pemerintah merupakan keharusan yang Allah tetapkan."[32]
Selain itu maksud Paulus taat dan siap untuk melakukan setiap pekerjaan yang baik mengarah kepada menjadi saksi Kristus terhadap pemerintah. Tentu supaya mereka melihat kesaksian orang percaya tersebut.
2. Menjadi Berkat
Paulus menyampaikan di sini dalam kaitannya dengan kehidupan praktis bahwa dianjurkan supaya jemaat hidup menjadi berkat. Yang dimaksud menjadi berkat ialah, Pertama, janganlah mereka memfitnah. Sebagai saksi Kristus tentu yang perlu mereka perhatikan adalah menjaga perkataan supaya tidak menjelek-jelekkan atau bahkan memfitnah orang lain.
Kedua, janganlah mereka bertengkar. Tentu pertengkaran adalah hal yang tidak baik dan merusak hubungan yang semula baik menjadi tidak baik. Karena itu, Paulus mengatakan janganlah mereka bertengkar atau jemaat Kreta bertengkar.
Ketiga, ramah dan bersikap lemah lembut. Sikap ramah dan lemah lembut tidak hanya membuat orang senang berkomunikasi atau mendekatinya, melainkan juga orang tersebut akan nyaman bersahabat dengannya dan itu merupakan pintu menjangkau mereka kepada Kristus.
3. Menghindari Perdebatan
Menghindari perdebatan yang dimaksud di sini terdapat dalam Titus 3:9, yakni Paulus mengatakan kepada Titus untuk mengingatkan jemaat di Kreta supaya mereka menghindari perdebatan mengenai hukum Taurat. Secara terperinci Paulus mengatakan bahwa hindari persoalan yang dicari-cari dan yang bodoh, persoalan silsilah, percekcokan, dan pertengkaran mengenai hukum Taurat.
Sebab, hal itu tidak berguna dan sia-sia belaka. Jadi, perdebatan dengan orang-orang yang tidak percaya merupakan hal yang tidak berguna dan sia-sia.
E. Soteriologi (3:3-11)
Soteriologi berasal dari kata soteria, yang artinya keselamatan dan logos, yang artinya ilmu. Dengan kata lain Soteriologi adalah cabang ilmu teologi yang membahas ajaran tentang keselamatan di dalam tradisi teologi Kristen.[33]
Dalam Surat Titus ini khususnya pada Titus 3:3-11, penulis melihat ada pembahasan mengenai Soteriologi yang disinggung Paulus. Soteriologi yang tidak terlepas dari penjelasan Kristologi, di mana Tuhan membuat karya keselamatan di dalam Tuhan Yesus Kristus melalui korban Salib. Penjelasan bagian Soteriologi di sini merupakan penjelasan Kristologi – Soteriologi.
Dalam ayat 3-4 Soteriologi itu digambarkan disini. Di mana manusia lama yang hidup dalam kejahilan menjadi hamba berbagai-bagai nafsu, bahkan hidup dalam kedengkian dan kebencian. Tetapi, karena kasih Tuhan nyata di dalamnya, sehingga seseorang dapat berbalik dari perbuatannya yang tidak berkenan di hadapan Tuhan atau hidup dikuasai dosa.
Oleh kemurahan Tuhanlah dan oleh kasih-Nya kepada manusia, maka terjadilah keselamatan itu sendiri ketika seseorang percaya.
Ayat 5, dijelaskan proses keselamatan itu sendiri yakni seseorang diselamatkan bukan karena perbuatan baik yang telah dilakukan, tetapi karena rahmat-Nya melalui permandian kelahiran baru dan oleh pembaharuan dari Roh Kudus, atau pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus.
Pembenaran terjadi oleh kasih karunia Tuhan, sehingga orang yang telah diselamatkan beroleh hidup kekal. "Kata permandian ... yang dikerjakan oleh Roh Kudus: ini mungkin mengacu pada pembaptisan, para pengikut Kristus dibangkitkan ke dalam hidup yang baru (lihat Rm. 6:3-5) inilah kelahiran kembali yang dimaksud dalam 3:5."[34]
Berarti konsep keselamatan di sini tidak terlepas dari baptisan atau permandian kembali dan pembaharuan oleh Roh Kudus.
Dalam ayat 8, Paulus juga meyakinkan kepada Titus bahwa perkataannya mengenai konsep keselamatan ini adalah benar dan supaya Titus mengajarkannya, sehingga mereka yang percaya sungguh-sungguh melakukan pekerjaan yang baik dan apa yang mereka lakukan adalah hal yang baik dan berguna bagi manusia. Tetapi Paulus mengingatkan mengenai menghindari perdebatan seperti yang telah disinggung di atas.
Di sini juga Paulus menjelaskan kepada Titus bahwa seorang bidat atau pengajar sesat yang sudah dinasehati satu dua kali tetapi tidak mau bertobat, maka hendaklah dijauhi. Sebab, orang yang demikian atau semacam itu adalah benar-benar sesat dan dengan dosanya ia menghukum dirinya sendiri.
F. Penutup dan Salam (3:12-15)
Surat Titus ini ditutup dengan pemberitahuan dari Paulus bahwa ia akan segera mengirim Artemas dan Tikhikus kepadanya. Kemudian, Paulus meminta Titus untuk berusaha datang kepadanya di Nikopolis.
Paulus juga meminta Titus untuk memperhatikan Zenas dan Apolos sehingga dalam perjalanan mereka tidak kekurangan suatu apapun. Paulus juga berpesan untuk membiarkan orang-orang di sekitar mereka belajar melakukan pekerjaan yang baik untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. Tujuannya supaya mereka hidup jangan tidak berbuah.
Pada ayat 15 surat ini di tutup dengan kata salam. Paulus menyampaikan salam dari semua orang yang bersama dengannya dan Paulus juga menyampaikan salam kepada mereka yang mengasihi Paulus dan rekan-rekannya di dalam iman. Surat ini di tutup dengan kalimat, “kasih karunia menyertai kamu sekalian.”
KESIMPULAN
Surat Titus memang tidak membahas terlalu dalam mengenai teologi Paulus secara umum dan benar surat ini disebut surat penggembalaan karena sifatnya berkaitan dengan penggembalaan, dimana Paulus mengutus Titus sebagai tokoh yang akan meneruskan pelayanan Paulus di Kreta.
Banyak hal yang dihadapi atau kesulitan yang dialami oleh Titus, melihat cara hidup jemaat dan ajaran sesat yang muncul. Tentu ini membutuhkan keberanian yang besar untuk bisa bertahan dan mengatur jemaat tersebut. Tetapi Titus termasuk tokoh yang mampu mengatur kehidupan jemaat dan tentu dapat membimbing kehidupan banyak orang ke dalam pengenalan akan Tuhan.
Dalam pengertian Eskatologis jemaat yang berpengharapan tentu memperoleh hidup kekal yang telah Tuhan sediakan sejak permulaan zaman. Mengenai Eklesiologi, surat ini lebih membahas tentang kepemimpinan dalam gereja yakni mengenai penatua dan penilik jemaat yang memiliki peranan penting untuk pertumbuhan gereja.
Selain itu juga dijelaskan cara mengatasi ajaran sesat. Konsep Kristologi berkaitan dengan Soteriologi. Di mana yang dijelaskan adalah pribadi Kristus sebagai Juruselamat. Selanjutnya, Paulus juga membahas tentang kehidupan praktis. Dalam hal menghormati pemerintah bahkan menerapkan cara hidup yang benar di dalam Alkitab di kehidupan sehari-hari.
Pemahaman Soteriologi yang dibahas Paulus juga berkaitan dengan Kristologi. Dimana Kristus sebagai Juruselamat yang menyelamatkan manusia. Oleh kasih-Nya, manusia beroleh selamat bukan karena perbuatan baik. Konsep keselamatan juga melalui proses permandian kelahiran kembali dan pembaharuan yang dikerjakan oleh Kristus.
Yang terakhir Paulus menutup surat Titus ini dengan menyampaikan salam kepada jemaat yang ada di Kreta. Pembelajaran dari teologi Paulus bagi penulis sangat bermafaat. Penulis mendapatkan banyak pemahaman yang benar menurut teologi Paulus,
Khususnya dalam surat Titus. Pemahaman ini juga sangat baik untuk dipelajari oleh banyak orang. Surat Titus ini lebih kental dengan cara dalam memimpin atau menggembalakan jemaat Tuhan.
Jika Anda merasa diberkati melalui artikel ini, bagikanlah melalui tombol share sosial media (Facebook. Twitter, Google+, dll) yang ada di bawah artikel ini. Jangan lupa Like dan ikuti Halaman Facebook yang ada di samping.
[1] Hadiwiyata, A.S. Tafsir Perjanjian Baru 7: Surat-surat paulus 2. (Yogyakarta: Kanisius, 1991), 119
[2] Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2012), 2043.
[3]Alkitab Edisi Studi, (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2010), 1968.
[4] Op. Cit.
[5] Siburian, Supriadi, Survei Kitab Titus, (http://supriadisiburian.blogspot.co.id).
[6] Artikel: Pengantar Full Life: Titus (http://www.sabda.org/sejarah/artikel/pengantar_full_life_titus.htm
[7] Op. Cit., Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, 2044.
[8] Artikel: Intisari Alkitab - Titus (http://www.sabda.org/sabdaweb/biblical/intro/?b=56&intro=pintisari)
[9] Hakh, Samuel Benyamin, Perjanjian Baru: Sejarah, Pengantar dan Pokok-pokok Teologisnya, (Bandung: Bina Media Informasi, 2010) 242.
[10] Ibid.
[11] Robinson, John Arthur Thomas Robinson , Redating the New Testament (Westminster Press, 1976), 369.
[12] Op. Cit., Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, 2043.
[13] Ibid. 2044.
[14] Teney, Merril C, Survei Perjanjian Baru, (Malang: Gandum Mas, cet. Ke-6, 2001), 418.
[15] Op. Cit., 2044.
[16] Eskatologi, (http://www.sarapanpagi.org/eskatologi-1-vt232.html).
[17] Tafsiran Alkitab Masa Kini 3: Hidup Kekal
[18] Op.Cit., Edisi Alkitab Studi. 1970
[19] Artikel, Eklesiologi (https://id.wikipedia.org/wiki/Eklesiologi)
[20] Sinaga, Santono, Diktat: Teologi Biblika Paulus, 34.
[21] Artikel, Surat Paulus kepada Titus, (https://sadnesssystem.wordpress.com/tag/surat-paulus)
[22] Browing, W.R.F., Kamus Alkitab, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), 322.
[23] Ismail, Andar, Selamat Bergereja, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009).
[24] Titus 1:6, Titus In Crete (BibleWorks 9)
[25] Terjemahan Alkitab Bahasa Indonesia Sehari-hari.
[26] Op Cit., Alkitab Edisi Studi, 1969
[27] ibid., 1969
[28] Ibid.
[29] Ibid., 1970
[30] Heuken, A, Ensiklopedia Gereja Volume III, (Jakarta: Cipta Lokal Caraka, 1993), 38.
[31] Op.Cit., 1971.
[32] Ridderbos, Herman, Paulus: Pemikiran Utama Teologinya (Surabaya:Momentum, 2008), 338.
[33] Dister, Nico Syukur, Teologi Sistematika 2 (Yogyakarta: Kanisius, 2004) 131.
[34] Op. Cit., Alkitab Edisi Studi, 971.
[2] Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2012), 2043.
[3]Alkitab Edisi Studi, (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2010), 1968.
[4] Op. Cit.
[5] Siburian, Supriadi, Survei Kitab Titus, (http://supriadisiburian.blogspot.co.id).
[6] Artikel: Pengantar Full Life: Titus (http://www.sabda.org/sejarah/artikel/pengantar_full_life_titus.htm
[7] Op. Cit., Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, 2044.
[8] Artikel: Intisari Alkitab - Titus (http://www.sabda.org/sabdaweb/biblical/intro/?b=56&intro=pintisari)
[9] Hakh, Samuel Benyamin, Perjanjian Baru: Sejarah, Pengantar dan Pokok-pokok Teologisnya, (Bandung: Bina Media Informasi, 2010) 242.
[10] Ibid.
[11] Robinson, John Arthur Thomas Robinson , Redating the New Testament (Westminster Press, 1976), 369.
[12] Op. Cit., Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, 2043.
[13] Ibid. 2044.
[14] Teney, Merril C, Survei Perjanjian Baru, (Malang: Gandum Mas, cet. Ke-6, 2001), 418.
[15] Op. Cit., 2044.
[16] Eskatologi, (http://www.sarapanpagi.org/eskatologi-1-vt232.html).
[17] Tafsiran Alkitab Masa Kini 3: Hidup Kekal
[18] Op.Cit., Edisi Alkitab Studi. 1970
[19] Artikel, Eklesiologi (https://id.wikipedia.org/wiki/Eklesiologi)
[20] Sinaga, Santono, Diktat: Teologi Biblika Paulus, 34.
[21] Artikel, Surat Paulus kepada Titus, (https://sadnesssystem.wordpress.com/tag/surat-paulus)
[22] Browing, W.R.F., Kamus Alkitab, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), 322.
[23] Ismail, Andar, Selamat Bergereja, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009).
[24] Titus 1:6, Titus In Crete (BibleWorks 9)
[25] Terjemahan Alkitab Bahasa Indonesia Sehari-hari.
[26] Op Cit., Alkitab Edisi Studi, 1969
[27] ibid., 1969
[28] Ibid.
[29] Ibid., 1970
[30] Heuken, A, Ensiklopedia Gereja Volume III, (Jakarta: Cipta Lokal Caraka, 1993), 38.
[31] Op.Cit., 1971.
[32] Ridderbos, Herman, Paulus: Pemikiran Utama Teologinya (Surabaya:Momentum, 2008), 338.
[33] Dister, Nico Syukur, Teologi Sistematika 2 (Yogyakarta: Kanisius, 2004) 131.
[34] Op. Cit., Alkitab Edisi Studi, 971.