Pesan Yang Berharga (2 Timotius 1:13-14; Roma 12:11)
Iman Kristen - "Renungan ini mengisahkan tentang seorang anak yang mendapat warisan pesan yang berharga, dari ayahnya. Seperti apa kisahnya? Simak renungan ini, dan jika Anda merasa diberkati melalui renungan ini, bagikanlah ke Sosial Media (Facebook, Twitter, Google+, dll.) Anda, agar banyak orang juga dikuatkan melalui renungan ini."
Ada seorang pemuda. Suatu ketika ia mendapat warisan dari sang ayah, berupa sedikit uang dan beberapa buku. Sebelum meninggal, ayahnya berpesan,
“Nak, ayah hanya bisa memberi uang yang sedikit ini. Pakailah untuk menyambung hidupmu dan bekerjalah dengan rajin. Dan ini ada beberapa buku, baca dan pelajarilah, sebab buku-buku ini adalah harta yang tak terhingga nilainya. Mudah-mudahan nasibmu lebih baik lagi."
Tidak berapa lama uangnya habis terpakai. Ia mulai berpikir bagaimana mendapatkan uang untuk kelangsungan hidupnya. Ia teringat dengan perkataan ayahnya agar belajar dari buku-buku itu. Tetapi karena malas, ia malah memilih menjual buku-buku itu kepada temannya. Karena kasihan kepadanya, temannya itu pun membelinya.
Beberapa hari kemudian, uangnya habis dan pemuda itu harus mulai bekerja kasar dan serabutan, demi menyambung hidup agar ia tidak kelaparan.
Suatu hari dia bertemu lagi dengan temannya yang dulu membeli buku-bukunya itu. Ia terheran melihat kehidupan temannya yang penampilannya semakin mapan dan sudah memiliki bisnis yang menguntungkan. Ia pun bertanya kepada temannya itu apa rahasianya menjadi sukses. Lalu temannya bercerita,
"Awalnya saya membeli buku-bukumu itu karena kasihan padamu, dan saya hanya membiarkan buku itu berdebu di sudut kamar. Karena iseng, suatu hari saya membacanya, dan ternyata buku-buku itu luar biasa, memberikan kiat-kiat jitu untuk sukses."
Ia menambahkan, "Di salah satu buku terselip pesan agar si pembaca setelah menguasai isi buku itu, harus mempraktekkannya dengan sungguh-sungguh. Dan saya pun mempratekkannya."
Mendengar cerita itu, ia pun menyesal. Rupanya, ayahnya meninggalkan pesan yang sangat berharga, tetapi karena ia malas dan memilih menjual buku-buku itu, akhirnya ia tidak mendapat apa-apa dan harus bekerja serabutan.
Hidup ini terkadang sama seperti kisah pemuda tersebut. Seringkali kita mengabaikan peluang-peluang atau kesempatan-kesempatan yang baik hanya karena "malas". Kemalasan dapat merenggut hal yang berharga, bahkan merenggut keberhasilan seseorang. Jika kita malas belajar, malas berusaha, dan malas bertekun, tentu hanya ada penyesalan yang kita alami di kemudian hari.
Begitu juga dalam hal rohani, banyak orang "malas" melakukan perintah Tuhan dalam Alkitab atau mengabaikan perkara-perkara yang bernilai sorgawi, yang akhirnya menimbulkan penyesalan di kemudian hari dan di kehidupan setelah kematian.
Mirisnya, demi meraih kepuasan dan sukses duniawi yang fana semata, tidak sedikit orang yang menjual imannya hanya karena jabatan, cinta, harta, dan kepuasan daging.
Oleh karena itu, marilah kita semakin giat bekerja di ladang Tuhan, berpegang pada ajaran Alkitab dan menjadi pelaku Firman. Janganlah kita lengah, bahkan menjadi malas, agar tidak ada penyesalan dan nama Tuhan dipermuliakan di dalam hidup kita.
DOA
Bapa di sorga. terkadang aku malas dalam beribadah, bahkan dalam melayani pekerjaanMu. Mampukan aku ya Tuhan untuk tetap semangat. Dalam nama Tuhan Yesus. Amin.