Bangkit Melakukan Perubahan (Roma 5:6-10; Mazmur 37:3-6)


Iman Kristen - "Melakukan perubahan tidak bisa hanya diam melainkan harus bangkit. Sebagai orang percaya, mari bangkit melakukan perubahan di mana pun kita berada. Bagaimana caranya? Simak renungan ini yang dapat menguatkan iman Anda dan bagikan ke Sosial Media (Facebook, Twitter, Google+, dll.) Anda, agar banyak orang yang juga dikuatkan."


Pasca merelokasi permukiman kampung Pulo pada tanggal 20 Agustus 2015, menjadi buah bibir masyarakat. Tak pelak, hal ini menuai kritikan terhadap kebijakan mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama yang disapa dengan sebutan Ahok, sewaktu itu sedang menjabat Gubernur. Di sisi lain, beberapa tokoh tak mau kalah menggunakan moment ini untuk menyudutkannya. 

Yang kerap terdengar adalah tuduhan pelanggaran HAM atas terjadinya bentrokan warga dengan Satpol PP. Selain itu, kritikan klasik selalu dilontarkan, yaitu cara berbicara yang dianggap tidak beretika. Dan kritikan lainnya.

Salah satu kritikan yang menarik perhatian saya adalah mengenai tudingan tebang pilih. Sejarawan J.J. Rizal menilai sikap Gubernur DKI Jakarta justru menimbulkan sikap tebang pilih. Mantan Gubernur Ahok dianggap tidak berpihak kepada rakyat kecil. Ia ditantang untuk melakukan ketegasan yang sama di perumahan elit, di kawasan Pluit Jakarta Utara yang juga menjadi lokasi rumahnya. 

Menurut Rizal, rumah yang dihuni Gubernur Ahok berdiri di lahan yang diperuntukan untuk hutan bakau dan resapan air. "Kawasan pantai mutiara itu kawasan yang 860 hektar diperuntukan bagi hutan bakau dan resapan," ungkapnya. Ahok pun mengklarifikasi bahwa kawasan Pluit secara geologi bukan daerah resapan, percuma saja bila digusur. 

Sebenarnya, tujuan normalisasi yang dilakukan di Kampung Pulo, yaitu untuk mengurangi debit air dan mencegah banjir.

Pengkritik Ahok, bukan hanya Rizal yang menentang penggusuran di kampung pulo tersebut, beberapa pihak bahkan bergabung, dan mendeklarasikan Lawan Ahok pada tanggal 22 Agustus 2015. Namun, jika Tuhan sudah menghendaki seorang pemimpin melakukan perubahan, tidak ada yang bisa menggagalkannya. 

Melakukan perubahan yang menyangkut banyak orang, memang bukanlah hal yang mudah. Ia harus menghadapi berbagai kritikan, bahkan berani menerima risiko yang ada. Inilah yang dimiliki oleh Ahok sewaktu menjabat gubernur. 

Memang, tidak ada manusia yang sempurna, termasuk Ahok, tetapi pemimpin sejati adalah mereka yang berani melakukan perubahan. Meski saat ini beliau dipenjara, namun hasil kerja nyata buah tangannya sewaktu menjabat, terlihat jelas.

Jangankan manusia, Tuhan Yesus pun sering menghadapi kritikan dari ahli Taurat, bahkan Ia merelakan diriNya mati di atas Kayu Salib. Perubahan yang dikerjakan Kristus adalah dahulu penebusan dosa diperoleh melalui korban anak domba, tetapi kini Kristus telah menjadi korban Anak Domba Jantan yang tak bercacat cela.

Melalui pengorbanan-Nya yang besar, kita yang bukan bangsa pilihan, pun beroleh anugerah keselamatan bila percaya kepada-Nya.

Coba bayangkan jika Tuhan Yesus tidak membawa perubahan bagi dunia, dapatkah kita menerima anugerah keselamatan? Sungguh besar kasih-Nya bagi kita manusia yang berdosa.

Membuat perubahan memang tidak terjadi sesaat harus bersifat tetap dan berkelanjutan. Dibutuhkan keberanian, tekad, dan prinsip yang teguh.

Mulailah melakukan perubahan dari diri sendiri, selanjutnya di dalam keluarga, lingkungan, dan seterusnya. Kita adalah duta Kerajaan Sorga untuk membawa perubahan yang lebih baik bagi diri sendiri, keluarga, gereja, dan bangsa. Bengkit membuat perubahan nyata.


DOA
Bapa, ajar aku untuk menjadi pribadi yang selalu taat dan setia kepada Engkau, sehingga perbuatanku di dunia ini memberi dampak yang baik. Dalam nama Tuhan Yesus. Amin.


~~ Share atau Bagikan Sekarang Juga ~~