Paradigma Alkitabiah (Roma 12:2)
Iman Kristen - "Sebagai orang percaya seharusnya kita memiliki paradigma Alkitabiah, mengapa? Simak renungan ini, dan jika Anda merasa diberkati melalui renungan ini, bagikanlah ke Sosial Media (Facebook, Twitter, Google+, dll.) Anda, agar banyak orang dikuatkan melalui renungan ini."
Konsep dunia sangat berbeda dengan Alkitab dalam berbagai hal, termasuk filosofi dan prinsip hidup. Dalam konsep keselamatan, pada umumnya sebagian orang beranggapan bahwa perbuatan baik membawa seseorang kepada keselamatan, tetapi Alkitab berkata keselamatan hanya ada di dalam Yesus Kristus melalui iman (Ef 2:8-9).
Demikian juga dalam konsep meraih berkat finansial atau menjadi kaya, prinsipnya "hemat pangkal kaya". Tetapi, Alkitab menekankan "banyak memberi, banyak menerima" (Ams 11:24-25). Bahkan, Alkitab mengajarkan pengampunan, relasi dengan Tuhan, dan keuntungan menderita bagi Kristus.
Perbedaan konsep atau pandangan ini tentu didasari oleh paradigma. Arti lain dari paradigma adalah kerangka pikiran, pola pikir, sudut pandang, atau cara berpikir seseorang yang dapat memengaruhi pikiran dan perbuatannya. Perubahan hidup dalam pemikiran, prinsip, pertobatan, dan pelayanan merupakan hasil dari paradigma.
Bahkan pertumbuhan iman dan kedewasaan rohani dicapai karena adanya pembaharuan paradigma. Selain itu, Tuhan menghendaki agar kita memiliki paradigma Alkitabiah, yakni sudut pandang yang didasari, dilandaskan, dan sesuai dengan Alkitab.
Perjalanan bangsa Israel menuju tanah Perjanjian atau negeri Kanaan, sebenarnya dapat ditempuh beberapa tahun saja atau bisa juga dalam tiga bulan saja dan atau 40 hari saja.
Bahkan bisa ditempuh dalam waktu 10 hari berjalan kaki. Seperti yang pernah dilakukan oleh anak-anak Yakub sewaktu mereka hendak bertemu Yusuf di Mesir, untuk membeli makanan agar keluarga mereka terhindar dari bencana kelaparan (Kejadian 42:3).
Namun faktanya mereka mencapai 40 tahun lamanya. Tentu, hal ini disebabkan oleh paradigma mereka yang masih terpaut dengan kehidupan lampau, sehingga mereka bersikap tegar tengkuk dan bersungut-sungut.
Meski Tuhan menunjukkan pemeliharaan dan kasih-Nya melalui tiang awan di siang hari dan tiang api di malam hari, bahkan Tuhan menyediakan makanan dan minuman bagi mereka. Perlindungan Tuhan bagi mereka 24 jam nonstop, pakaian dan kasut pun tidak rusak walau di padang gurun. Tetapi, mereka tidak melihatnya sebagai anugerah terindah dari Tuhan.
Di pikiran mereka, kehidupan di Mesir lebih baik daripada di padang gurun, apalagi ketika mereka akan memasuki tanah Kanaan, tentu mereka akan mengalami kekalahan dan binasa karena bangsa yang mereka hadapi adalah orang-orang raksasa (Bil 13:33; 14:1-4).
Paradigma inilah yang membuat bangsa Israel tidak dapat melihat kebaikan dan rencana Tuhan yang indah. Bahkan, Tuhan pun hilang kesabaran terhadap bangsa tersebut (Bil 14:26-35).
Rasul Paulus menasihatkan kepada kita agar, "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, ...." Kata "budimu" dalam bahasa Yunani yaitu naos, artinya "akal budimu". Ketika paradigma kita berubah dan selaras dengan Alkitab, maka kita dapat membedakan manakah kehendak Allah.
Buanglah konsep yang lama dalam pikiranmu dan milikilah paradigma yang Alkitabiah melalui pembelajaran firman Tuhan dan proses pembentukan iman melalui kesulitan atau persoalan hidup.
DOA
Bapa, ajarku untuk dapat melihat rencana Tuhan yang indah dibalik kesulitan dan persoalan hidup. Biarlah aku memiliki paradigma yang alkitabiah. Dalam nama Tuhan Yesus. Amin.