Mendidik Anak Sejak Dini (Amsal 13:24)
Iman Kristen - "Mendidik anak tidaklah mudah dan memerlukan metode. Mengapa dan kapan usia anak efektif dididik? Simak renungan ini, dan jika Anda merasa diberkati melalui renungan ini, bagikanlah ke Sosial Media (Facebook, Twitter, Google+, dll.) Anda, agar orang lain juga diberkati melalui renungan ini."
Menyukai, menggemari atau nge-fans terhadap sesuatu, sering dianggap wajar, seperti yang lagi digandrungi oleh anak-anak saat renungan ini ditulis, yaitu Frozen. Tokoh Elsa dan Anna, sepertinya menghipnotis anak-anak perempuan sehingga di kehidupan nyata, mereka ingin menjadi seperti Elsa atau Anna.
Hal ini juga memengaruhi anak perempuan saya yang kala itu berusia tiga tahun. Ia selalu meminta membelikan baju, sepatu, bahkan mainan yang berbau Frozen, terutama gambar Elsa dan Anna.
Suatu hari anak saya berkata, "Daddy saya mau jadi Elsa, saya ini Elsa ya." Bisa dibayangkan sejauh itulah tokoh Frozen memengaruhi anak saya. Memang, kelihatannya tidak apa-apa dan wajar jika anak nge-fans terhadap sesuatu yang ia senangi.
Sebagian orang tua bisa saja beranggapan, "Ya, namanya juga anak-anak tidak ada salahnya mengikuti kemauannya, itu kan buat nyenangin si buah hati. Toh, kalau anak senang pastilah orang tua juga ikut senang." Namun, apakah kita akan tetap membiarkan anak kita terlarut dalam imajinasi dan mimpi kebahagiaan tanpa membangunkannya?
Mendengar perkataan dari anak saya bahwa dirinya adalah Elsa, membuat saya berpikir dan menimbang-nimbang. Sepintas tidak mengapa, tetapi jika dibiarkan bukankah ia akan tumbuh dewasa di bawah bayang-bayang orang lain? Akhirnya, saya memanggilnya dan berusaha menjelaskan dengan benar bahwa keinginannya itu salah.
Saya katakan kepadanya, "Boleh saja menyukai Frozen, tetapi ingat kamu adalah anak daddy bukan Elsa. Jadilah dirimu sendiri, bukan menjadi orang lain atau Elsa." Puji Tuhan, sejak itu anak saya tidak lagi pernah berkata aku Elsa. Bahkan ketika saya bertanya, "kamu Elsa?" Ia menjawab, "bukan daddy, aku anak daddy bukan Elsa."
Sejak itu, saya semakin semangat lagi belajar untuk berkata hal-hal positif, mengajaknya berdoa, dan bercerita tentang Alkitab. Saya selalu berkata kepadanya, "Engkau berharga, Tuhan Yesus mengasihiMu, daddy dan mommy menyayangimu, karena itu semangat dan jadilah dirimu sendiri."
Setiap orang tua tentunya menginginkan anaknya bertumbuh menjadi seorang anak yang percaya diri, mandiri, cerdas, bermoral, dan yang terpenting takut akan Tuhan. Namun untuk mewujudkannya, kita seharusnya mendidik dan mengajarkan mereka sejak dini. 80% otak anak berkembang di usia 0-5 tahun, masa ini disebut "golden age".
Di usia tersebut karakter seorang anak dapat terbentuk. Pada masa itu, peran orang tua sangat dibutuhkan untuk mengawasi tumbuh kembang anak dan mendidik dengan memberi contoh perilaku yang baik.
Karena itu, sebelum terlambat, jangan biarkan anak kita terlalu menggemari tokoh film anak dan sebagainya, agar kelak terhindar dari "ingin menjadi seperti orang lain, minder, pemalu, tidak bisa menerima kenyataan, bahkan tidak bisa menerima dirinya sendiri."
Tetapi, arahkanlah mereka agar sangat menggemari Alkitab dan nge-fans dengan para tokoh Alkitab.
DOA
Bapa di Sorga, ajar aku untuk mendidik anak-anak dengan benar dan biarlah mereka sangat menggemari Alkitab. Dalam nama Tuhan Yesus aku berdoa. Amin.